saat itu pasti ada
sasangkala ditiup sesegera
nyatanya bukanlah akhir segalanya
tak ternafikan inilah mula segalanya
awal untuk bersegera
dan iringan itu selalu bergerak
tertunduk dalam diam
menahan gemeretak
berpasrah dibawah kelam
kesemuanya digayut tanya
kemana gerangan akan terbawa
dimana tepatnya diri berada
masihkah tersedia asa
pada masa diadili
tak ada kuasa berdusta
tak mampu menyimpan sembunyi
dan bagian tubuh ini ikut berkata
tak ada sahabat bersaksi
jangan harap kekasih memuji
tiada pula caci
sangkalkan janji
dan timbangan itu
berderak sesuai amal kita
tak perlu seribu
sepersepuluh saja memberi makna
kuasa itu
ada dan hanya satu
kekuasan seperti itu
ada dan tak lebih dari satu
h.e.@2014
02 Juli 2015
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
_opini
Kisruh berbagai elemen, perbedaan pandang yang menyeret penyertaan jutaan pendukung, bisa jadi diawali dengan cara pandang yang tidak runut, cenderung rumit, serta amat sering terjebak memasukan komponen yang tidak teramat perlu.
Kita perlu me-reposisi lagi bagaimana cara memandang suatu masalah untuk suatu pemecahan. Sederhana memandang merupakan kata kunci, dan saya ingin mencari itu (lagi). Ingatkah kita ketika kecil dulu yang selalu bisa dengan cepat melupakan kesalahan teman kita, sesederhana pula saat melupakan janji-janji orang tua yang tak terlaksana tanpa dendam dan tuntutan tajam. Pasti kita bisa mengulanginya, saat kini, usia berapapun kita, sebesar masalah apapun yang ada.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar