11 Januari 2012

Tukang gigi

Ada yang sangat mengusik tentang tukang gigi, apalagi jika menyimak sikap PDGI yang cenderung ayem menanggapi tukang gigi dengan behelnya.
Sangat lucu, kok ya bisa seseorang tanpa dasar ilmu kedokteran gigi "didiamkan" pasang bracket yang notabene di ilmu kedokteran gigi harus dilakukan oleh drg. terlatih atau spesialis. Sebenarnya masalahnya sederhana yaitu penegakan aturan yang sudah lama ada tentang keberadan tukang gigi yg sangat perlu dikendalikan tidak dilaksanakan dengan baik.

Saya sangat tahu dan mengerti bahwa upaya untuk mereduksi tukang gigi oleh PDGI sudah sangat sering dilakukan. Tapi mungkin belum
cukup strategi. Saya juga menyayangkan di Bandung yang sempat ada Dinas KEsGi keberadaan tukang gigi tetap meresahkan.
Solusi utama adalah sosialisai tentang perundangan yang sudah ada kesemua pihak, ke dinas perindustrian dan perdagangan yang konon memberi ijin, ke DPRD, juga melalui tulisan rutin dikoran yang berisi himbaun dan pemberitahuan, dan ini harus dilakukan terus menerus, saya yakin PBPDGI akan menyokong sehingga menjadi issue nasional.
Mendirikan klinik murah berbasis sosial tapi dikelola profesional, tempatnya di sekretariat PDGI, sebagaimana pernah diterapkan PBPDGI, jadi mempunyai sekretariat yang representatif dan tidak "menumpang" institusi lain harus diprioritaskan.
Setelah itu baru mendesain gerakan terbuka mengenai betapa kurang bertanggung jawabnya tukang gigi, dengan membuat tim yang menginvetarisir kasus kasus serta menyoalkan program TV yang menayangkan tentang tukang gigi.
Semuanya tidak sesederhana konsep memang, tapi akan menjadi sederhana jika kita punya PDGI yang berkomitmen untuk hal ini kemudian kita lakukan bersama-sama. Bagaimana? saya siap...

Tidak ada komentar:

_opini

Kisruh berbagai elemen, perbedaan pandang yang menyeret penyertaan jutaan pendukung, bisa jadi diawali dengan cara pandang yang tidak runut, cenderung rumit, serta amat sering terjebak memasukan komponen yang tidak teramat perlu.
Kita perlu me-reposisi lagi bagaimana cara memandang suatu masalah untuk suatu pemecahan. Sederhana memandang merupakan kata kunci, dan saya ingin mencari itu (lagi). Ingatkah kita ketika kecil dulu yang selalu bisa dengan cepat melupakan kesalahan teman kita, sesederhana pula saat melupakan janji-janji orang tua yang tak terlaksana tanpa dendam dan tuntutan tajam. Pasti kita bisa mengulanginya, saat kini, usia berapapun kita, sebesar masalah apapun yang ada.