25 Juni 2008

Saya suka taufik Ismail

sps

+++

Oleh Taufiq Ismail


Kita hampir paripurna menjadi bangsa porak-poranda,
terbungkuk dibebani hutang dan merayap melata sengsara di dunia.
Penganggur 40 juta orang,
anak-anak tak bisa bersekolah 11 juta murid,
pecandu narkoba 6 juta anak muda,
pengungsi perang saudara 1 juta orang,
VCD koitus beredar 20 juta keping,
kriminalitas merebat disetiap tikungan jalan
dan beban hutang di bahu 1600 trilyun rupiahnya.

Pergelangan tangan dan kaki Indonesia diborgol
diruang tamu Kantor Pegadaian Jagat Raya,
dan dipunggung kita dicap sablon besar-besar:
Tahanan IMF dan Penunggak Bank Dunia.

Kita sudah jadi bangsa kuli dan babu,
menjual tenaga dengan upah paling murah sejagat raya.
Ketika TKW-TKI itu pergi
lihatlah mereka bersukacita antri penuh harapan dan angan-angan
di pelabuhan dan bandara,
ketika pulang lihat mereka berdukacita
karena majikan mungkir tidak membayar gaji,
banyak yang disiksa malah diperkosa
dan pada jam pertama mendarat di negeri sendiri diperas pula.

Negeri kita tidak merdeka lagi,
kita sudah jadi negeri jajahan kembali.
Selamat datang dalam zaman kolonialisme baru, saudaraku.

Dulu penjajah kita satu negara,
kini penjajah multi kolonialis banyak bangsa.
Mereka berdasi sutra,
ramah-tamah luar biasa dan banyak senyumnya.

Makin banyak kita meminjam uang,
makin gembira karena leher kita makin
mudah dipatahkannya.

Di negeri kita ini, prospek industri bagus sekali.
Berbagai format perindustrian, sangat menjanjikan,
begitu laporan penelitian.
Nomor satu paling wahid, sangat tinggi dalam evaluasi,
dari depannya penuh janji, adalah industri korupsi.

Apalagi di negeri kita lama sudah tidak jelas batas halal dan haram,
ibarat membentang benang hitam di hutan kelam jam satu malam.
Bergerak ke kiri ketabrak copet,
bergerak ke kanan kesenggol jambret,
jalan di depan dikuasai maling,
jalan di belakang penuh tukang peras,
yang di atas tukang tindas.

Untuk bisa bertahan berakal waras saja di Indonesia , sudah untung.

Lihatlah para maling itu kini mencuri secara berjamaah.
Mereka bersaf-saf berdiri rapat, teratur berdisiplin dan betapa khusyu'.
Begitu rapatnya mereka berdiri susah engkau menembusnya.
Begitu sistematiknya prosedurnya tak mungkin engkau menyabotnya.
Begitu khusyu'nya, engkau kira mereka beribadah.
Kemudian kita bertanya, mungkinkah ada maling yang istiqamah?

Lihatlah jumlah mereka, berpuluh tahun lamanya,
membentang dari depan sampai ke belakang,
melimpah dari atas sampai ke bawah,
tambah merambah panjang deretan saf jamaah.
Jamaah ini lintas agama, lintas suku dan lintas jenis kelamin.
Bagaimana melawan maling yang mencuri secara berjamaah?
Bagaimana menangkap maling
yang prosedur pencuriannya malah dilindungi dari atas sampai ke bawah?
Dan yang melindungi mereka, ternyata,
bagian juga dari yang pegang senjata dan yang memerintah.

Bagaimana ini?

Tangan kiri jamaah ini menandatangani disposisi MOU dan MUO (Mark Up
Operation),
tangan kanannya membuat yayasan beasiswa,
asrama yatim piatu dan sekolahan.
Kaki kiri jamaah ini mengais-ngais upeti ke sana kemari,
kaki kanannya bersedekah, pergi umrah dan naik haji.

Otak kirinya merancang prosentasi komisi dan pemotongan anggaran,
otak kanannya berzakat harta,
bertaubat nasuha
dan memohon ampunan Tuhan.

Bagaimana caranya melawan maling begini yang mencuri secara berjamaah?

Jamaahnya kukuh seperti diding keraton,
tak mempan dihantam gempa dan banjir bandang,
malahan mereka juru tafsir peraturan
dan merancang undang-undang,
penegak hukum sekaligus penggoyang hukum,
berfungsi bergantian.

Bagaimana caranya memroses hukum maling-maling yang jumlahnya ratusan ribu,
barangkali sekitar satu juta orang ini,
cukup jadi sebuah negara mini,
meliputi mereka yang pegang kendali perintah,
eksekutif, legislatif, yudikatif dan dunia bisnis,
yang pegang pestol dan
mengendalikan meriam,
yang berjas dan berdasi.
Bagaimana caranya?

Mau diperiksa dan diusut secara hukum?
Mau didudukkan di kursi tertuduh sidang pengadilan?
Mau didatangkan saksi-saksi yang bebas dari ancaman?
Hakim dan jaksa yang bersih dari penyuapan?

Percuma

Seratus tahun pengadilan, setiap hari 8 jam dijadwalkan
Insya Allah tak akan terselesaikan.
Jadi, saudaraku, bagaimana caranya?
Bagaimana caranya supaya mereka mau dibujuk, dibujuk, dibujuk agar bersedia
mengembalikan jarahan yang berpuluh tahun
dan turun-temurun sudah mereka kumpulkan.
Kita doakan Allah membuka hati mereka, terutama karena terbanyak dari mereka
orang yang shalat juga, orang yang berpuasa juga, orang yang berhaji juga.
Kita bujuk baik-baik dan kita doakan mereka.

Celakanya,
jika di antara jamaah maling itu ada keluarga kita,
ada hubungan darah atau teman sekolah,
maka kita cenderung tutup mata,
tak sampai hati menegurnya.

Celakanya,
bila di antara jamaah maling itu ada orang partai kita,
orang seagama atau sedaerah,
Kita cenderung menutup-nutupi fakta,
lalu dimakruh-makruhkan
dan diam-diam berharap
semoga kita mendapatkan cipratan harta tanpa ketahuan.

Maling-maling ini adalah kawanan anai-anai dan rayap sejati.
Dan lihat kini jendela dan pintu Rumah Indonesia dimakan rayap.
Kayu kosen, tiang,kasau, jeriau rumah Indonesia dimakan anai-anai.
Dinding dan langit-langit, lantai rumah Indonesia digerogoti rayap.
Tempat tidur dan lemari, meja kursi dan sofa, televisi rumah Indonesia
dijarah anai-anai.

Pagar pekarangan, bahkan fondasi dan atap rumah
Indonesia sudah mulai habis dikunyah-kunyah rayap.
Rumah Indonesia menunggu waktu, masa rubuhnya yang sempurna.

Aku berdiri di pekarangan, terpana menyaksikannya.
Tiba-tiba datang serombongan anak muda dari kampung sekitar.
"Ini dia rayapnya! Ini dia Anai-anainya! " teriak mereka.
"Bukan. Saya bukan Rayap, bukan!" bantahku.
Mereka berteriak terus dan mendekatiku dengan sikap mengancam.

Aku melarikan diri kencang-kencang.
Mereka mengejarkan lebih kenjang lagi.
Mereka menangkapku.
"Ambil bensin!" teriak seseorang.
"Bakar Rayap," teriak mereka bersama.
Bensin berserakan dituangkan ke kepala dan badanku.

Seseorang memantik korek api.
Aku dibakar.
Bau kawanan rayap hangus.
Membubung Ke udara

21 Juni 2008

e-mail from my best friend

Spiritual Giant's 10 Fundamentals for Changing the World
Mahatma Gandhi needs no introduction. Everyone knows about the man and his legacy. Here is some advice he gave worth noting:
1. Change yourself
"You must be the change you want to see in the world."
If you change yourself you will change your world. If you change how you think, then you will change how you feel and what actions you take. And so the world around you will change.
2. You are in control
"Nobody can hurt me without my permission."
What you feel and how you react to something is always up to you. You can choose your own thoughts, reactions and emotions.
3. Forgive and let it go
"An eye for eye only ends up making the whole world blind."
Fighting evil with evil won't help anyone. Forgiving and letting go of the past will do you and the people in your world a great service.
4. Without action you aren't going anywhere
"An ounce of practice is worth more than tons of preaching."
Without taking action very little will be done. However, taking action can be hard. And so you may resort to preaching, or reading and studying endlessly. But you have to take action and translate that knowledge into results and understanding.
5. Take care of this moment
"I do not want to foresee the future. I am concerned with taking care of the present. God has given me no control over the moment following."
Stay in the present as much as possible, and be accepting. When you are in the present moment you don't worry about the next moment. And the resistance to action comes from imagining negative future consequences or reflecting on past failures.
6. Everyone is human
"It is unwise to be too sure of one's own wisdom. It is healthy to be reminded that the strongest might weaken and the wisest might err."
When you start to make myths out of people, you run the risk of becoming disconnected from them. Keep in mind that everyone is just a human being no matter who they are.
7. Persist
"First they ignore you, then they laugh at you, then they fight you, then you win."
Be persistent. In time the opposition around you will fade and fall away.
8. See the good in people and help them
"I look only to the good qualities of men. Not being faultless myself, I won't presume to probe into the faults of others."
If you want improvement then focusing on the good in people is a useful choice. It also makes life easier for you as your world and relationships become more pleasant and positive.
9. Be congruent, be authentic, be your true self
"Always aim at complete harmony of thought and word and deed. Always aim at purifying your thoughts and everything will be well."
When words and thoughts are aligned then that shows through in your communication. People tend to really listen to what you're saying. You are communicating without incongruence, mixed messages or phoniness.
10. Continue to grow and evolve
"Constant development is the law of life, and a man who always tries to maintain his dogmas in order to appear consistent drives himself into a false position."
You can pretty much always improve your skills and habits, or re-evaluate your evaluations. You can gain deeper understanding of yourself and the world.

14 Juni 2008

mapping


New, Sesederhana mengurai sebuah topik, mapping bisa jadi sarana untukmemahami dan mendalami suatu masalah. Cara ini diajarkan oleh seorang dosen dalam mengertikan topik-topik yang ia kuliahkan. Menarik, sambil membaca, jika sulit ya dilakukan berulang-ulang, sediakan kertas bekas danmelakukan coretan-coretan. Penting disini mengenal key word, lalu membuatnya menjadi rangkaian diagram. Baca lagi,pahami, dan buka diagramnya, edit. Wola, bahkan permsalahan tentang bagaimana ethanol memberikan efek kerusakan, di hepar misalnya, bisa dijelaskan. Mengasyikan, apalagi jika sudah menguasai caranya, dijamin keasyikan membuat diagramnya dipower point, akan lebih lengkap jika menggunakan menu-menu oke yang sudah disiapkan power point.
Sejatinya cara ini sudah saya kenal lama, tapi saya makin merasakan manfaatnya ketika harus mengetahui beberapa hal tentang pola penyakit di tubuh kita ini. Satu hal lagi untuk cerita tentang mapping, yang bisa menyederhanakan masalah rumit adalah, jangan meremehkan metode, semuanya pasti betul jika dilakukan dengan betul dan sepenuh hati.

07 Juni 2008

sapa

Selaksa mengembara ke masa masa kuliah dulu. Ada teman yang menyapa dan mengomentari blog ini, anyway trims. Cara sederhana, SAPA, sesederhana sekalipun terkadang memberi efek teramat baik, memicu semangat kembali, dan mendorong energi positif orang yang disapa. Cara sederhana ini dianjurkan oleh seluruh nabi yang pernah ada di bumi, dan meruapakan dasar-dasar komunikasi. Keluh rasanya jika datang ke dokter , misalnya, tiada dapat sapa apalagi senyum. Sapa membuat juga hal-hal rumit bisa menyederhana, meskipun untuk membenarkan pendapat ini diperlukan khusus tehnik menyapa, buku Dirjen YAnmed Depkes saat ini, yang bercerita pengalaman dia memediasi GAM bisa dijadikan semacam wacana.

Oh ya.... di dalam sapanya, teman tadi memberikan saran tentang tidak adanya foto saya, padahal sebenarnya sudah ada (dalam bentuk perwakilan dari gen yang sama) , foto hitam putih berjudul sederhana memandang, yang selalu tampildisudut kiri atas. Tapi betul juga,wajah perlu dikenal pula. Permintaan sederhana kenapa tidak dipenuhi ? Tapi dari pada mengganggu halaman ini, akhirnya foto tidak akan tampil terus, tapi diposting saja lewat sapa berikut, sehingga tidak perlu tampil terus. Mencari sesuatu yang akan ditampilkan ternyata tidak sesederhana rencana, yang terbaik pasti dipilih, karena tidak foto genic, akhirnya semakin rumit. Ketemu foto lumayan, berdua istri tercinta yang diambil tahun 2005an saat pernikahan adik sepupu.

05 Juni 2008

tersandera


Adakah kata yang lebih tepat menggantikannya, kala suasana hati dan pikirin hanya tertuju ke satu pokok saja. Kesilapan yang mengasat perasaan membuat limbung proses dan alur pandang. Semuanya sebenarnya bermula dari keinginan untuk membuka diri dan meningkatkankan skill, tapi sebenarnya terjebak dalam aktualisasi.
Seperti rumit,memang, kali ini betul-betul sulit membuatnya sederhana. Akankah jadi sederhana jika tugas dan ujian yang semakin mendekat ada dalam tumpukan yang mengelegak asa, sementara saya terbiasa menunda. ANATOMI, PATHOLOGI KLINIK, PATHOBIOLOGI, ANASTHESI, KONSERVASI GIGI, PENYAKIT PULPA, IMUNOLOGI......... Kesederhanaan akan muncul memang tanpa penundaan-penundaan. Efektifitas waktu, efisiensi pemecahan pasti menjadi syarat utama. Please terencana.....

_opini

Kisruh berbagai elemen, perbedaan pandang yang menyeret penyertaan jutaan pendukung, bisa jadi diawali dengan cara pandang yang tidak runut, cenderung rumit, serta amat sering terjebak memasukan komponen yang tidak teramat perlu.
Kita perlu me-reposisi lagi bagaimana cara memandang suatu masalah untuk suatu pemecahan. Sederhana memandang merupakan kata kunci, dan saya ingin mencari itu (lagi). Ingatkah kita ketika kecil dulu yang selalu bisa dengan cepat melupakan kesalahan teman kita, sesederhana pula saat melupakan janji-janji orang tua yang tak terlaksana tanpa dendam dan tuntutan tajam. Pasti kita bisa mengulanginya, saat kini, usia berapapun kita, sebesar masalah apapun yang ada.