31 Mei 2008

reuni

Tanpa dinyana sudah 20 tahun saya dan teman-teman angkatan saya di fakultas dipersatukan. Sampai seorang teman di Babel sana sibukmengumpulkan no HP teman-teman seangkatan dan mengajak buat pertemuan, reunian ! Reuni acap menjadi ajang mengingat kembali apa yang telah terjadi dulu dengan teman-teman kumpul di reunia-an tadi. Saat bertemu itulah terjadi lagi interaksi sekaligus intropeksi terutama dengan teman yang pernah ada story beda pendapat akut yang suka jadi kronis. Permusuhan lalu menjadi bahan cerita penuh canda berisi umpatan betapa tololnya dulu. Ketika dibahas akar penyebab permusuhan ternyata tidak serumit dulu sampai menjadikan perbedaan yang cukup tajam sehingga sampai melibatkan hati dan perasaan penuh benci dendam. Kadang memandang suatu permasalahan membutuhkan rasa dan raga yang tidak terditorsi. Tapi distorsi diketahui ada melalui proses belajar dan ditempa, ibarat murid perguruan silat pasti diakhir pembelajaran di pendopo sang suhu akan menyuruh seluruh muridnya pergi ke 4 penjuru mata angin berpencar menyelami kehidupan, bukan karena ilmu yang diturunkan salah atau kurang, tapi si murid diminta mencari sendiri dimana kesalahan jurusnya.
Proses pembelajaran seiring dengan waktu, umur, ada proses dan ada resiko gagal juga. Meskipun jika dilakukan terus menerus dan penuh sadar koefisien kegagalannya akan kecil. Tapi bagaimana jika sedari dulu, jauh sebelum mengalami proses belajar telah ditanamkan pentingnya memandang sesuatu dengan sederhana, tentunya akan terbiasa mengurai dan memandang masalah dengan cara sederhana pula, sementara yang sederhana biasanya efisien tenaga, efektif cara, tanpa otot, tapi pasti otak maksimal bekerja.
Oh reunian, ingin rasanya segera terlaksana.

Tidak ada komentar:

_opini

Kisruh berbagai elemen, perbedaan pandang yang menyeret penyertaan jutaan pendukung, bisa jadi diawali dengan cara pandang yang tidak runut, cenderung rumit, serta amat sering terjebak memasukan komponen yang tidak teramat perlu.
Kita perlu me-reposisi lagi bagaimana cara memandang suatu masalah untuk suatu pemecahan. Sederhana memandang merupakan kata kunci, dan saya ingin mencari itu (lagi). Ingatkah kita ketika kecil dulu yang selalu bisa dengan cepat melupakan kesalahan teman kita, sesederhana pula saat melupakan janji-janji orang tua yang tak terlaksana tanpa dendam dan tuntutan tajam. Pasti kita bisa mengulanginya, saat kini, usia berapapun kita, sebesar masalah apapun yang ada.